MAKASSAR, UPDATENEWS- Ratusan massa dari berbagai elemen, mulai dari buruh hingga driver ojek online (ojol), memadati kawasan Fly Over, Jalan A P Pettarani, Kecamatan Panakkukang, untuk menyuarakan aspirasi mereka pada peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day, Kamis (1/5/2025),
Massa mulai bergerak menggunakan truk kontainer yang dimodifikasi menjadi panggung orasi sekitar pukul 12:27 WITA. Aksi ini digelar oleh Konfederasi Serikat Nusantara (KSN), yang membawa sejumlah tuntutan keras terhadap pemerintah dan parlemen.
Dalam orasinya, mereka menolak keras pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) Polri dan mendesak agar RUU TNI segera dicabut. Menurut para peserta aksi, kedua RUU ini berpotensi membungkam kebebasan berpendapat rakyat.
“RUU ini ancaman bagi demokrasi! Kami di sini bukan hanya memperjuangkan hak buruh, tapi juga hak seluruh rakyat untuk bersuara,” teriak salah satu orator di atas kontainer.
Selain isu politik, para buruh juga menuntut keadilan di sektor ketenagakerjaan. Mereka mendesak lahirnya undang-undang ketenagakerjaan yang lebih berpihak pada pekerja serta menolak praktik pemutusan hubungan kerja (PHK) massal yang dinilai semakin merajalela.
“Sejak Indonesia merdeka, kami belum merasakan keadilan sosial. Pejabat hanya sibuk mengurus kepentingannya sendiri,” lanjut sang orator.
Mereka juga menyoroti dominasi oligarki dalam ekonomi dan politik yang dianggap menyengsarakan rakyat. “Indonesia darurat oligarki. Hari ini kita lawan bersama!” seru massa penuh semangat.
Untuk mengamankan jalannya aksi, Polda Sulsel menurunkan 5.300 personel gabungan dari berbagai instansi. Kepala Bidang Humas Polda Sulsel, Kombes Pol Didik Supranoto, mengatakan pasukan gabungan ini terdiri dari 1.250 personel Satgas Polda, 2.856 jajaran Polres, 649 TNI, serta 545 dari instansi terkait.
“Kami siapkan pengamanan secara preventif dan humanis. Harapannya aksi ini bisa berlangsung damai dan tertib,” ujarnya.
Peringatan May Day di Makassar tahun ini kembali menunjukkan bahwa suara buruh dan rakyat tak bisa dibungkam. Di tengah tekanan ekonomi dan politik, mereka tetap berdiri lantang untuk memperjuangkan keadilan.